Faktababel.id, LIFESTYLE – Kabar mengejutkan datang dari salah satu pasangan publik figur paling disorot di Indonesia, Deddy Corbuzier dan Sabrina Chairunnisa. Keduanya mengumumkan bahwa mereka telah resmi berpisah setelah menjalani bahtera rumah tangga selama tiga tahun.
Kabar perpisahan ini diumumkan secara langsung oleh keduanya melalui akun Instagram masing-masing pada Kamis (30/10/2025). Berbeda dari banyak perpisahan selebritas yang penuh drama, Deddy Corbuzier dan Sabrina Chairunnisa Berpisah dengan cara yang damai dan dewasa. Mereka mengunggah foto hitam-putih yang menampilkan momen perpisahan tenang di tepi kolam renang rumah mereka, menunjukkan ekspresi yang saling menghormati.
Dalam keterangan unggahan bersama tersebut, keduanya menjelaskan bahwa keputusan ini diambil melalui pertimbangan panjang dan penuh ketenangan. “Setelah perjalanan panjang dan penuh pertimbangan, kami berdua sepakat untuk menempuh jalan hidup masing-masing. Bukan karena amarah, tapi karena cinta, kejujuran, dan kedamaian,” tulis keduanya. Mereka menambahkan bahwa pernikahan yang dimulai dengan kebaikan, seharusnya diakhiri dengan rasa hormat dan kelapangan hati.
Akumulasi Masalah Sepele yang Merusak
Meskipun perpisahan Deddy dan Sabrina berlangsung damai, momen ini menyoroti rapuhnya sebuah ikatan pernikahan. Psikolog hubungan asal Amerika Serikat, Mark Travers, menjelaskan bahwa banyak perceraian besar justru tidak dipicu oleh satu masalah besar. Sebaliknya, perceraian seringkali disebabkan oleh akumulasi hal-hal kecil yang dibiarkan menumpuk tanpa penyelesaian.
Menurut Travers, ada empat penyebab umum pertengkaran yang sering berulang dalam rumah tangga. Jika tidak dikelola dengan baik, hal-hal ini dapat memicu jarak emosional yang menganga dan berujung pada perceraian. Fenomena ini menjelaskan Penyebab Perceraian Menurut Psikolog yang ironisnya, pemicu awalnya seringkali tampak sepele.
Empat Pemicu Utama Penyebab Perceraian Menurut Psikolog
Lebih lanjut, Mark Travers merinci empat pemicu umum pertengkaran yang sering dianggap remeh namun merusak fondasi pernikahan:
- Nada Bicara Saat Berkomunikasi: Sering dianggap sepele, namun nada bicara yang sinis atau meremehkan dapat merusak perasaan pasangan.
- Cara Komunikasi yang Defensif atau Tertutup: Menolak mengakui kesalahan atau memilih bungkam dapat mematikan komunikasi sehat.
- Pembagian Pekerjaan Rumah Tangga yang Dirasa Tidak Adil: Ketidakseimbangan tanggung jawab rumah tangga dapat menimbulkan rasa frustrasi dan ketidakadilan.
- Perasaan Umum Kurangnya Penghargaan (Respect): Hilangnya rasa dihargai atau kurangnya apresiasi dari pasangan.
Masalah-masalah kecil ini, menurut Travers, pada dasarnya adalah sinyal dari masalah yang lebih dalam. Jika dibiarkan berlarut dan tidak segera dibicarakan dengan tenang dan kepala dingin, isu-isu ini akan perlahan tapi pasti mengikis fondasi utama pernikahan, yaitu rasa hormat (respect) dan rasa kasih sayang (affection). Ketika rasa hormat dan empati sudah hilang, pernikahan akan sangat sulit untuk dipertahankan, meskipun perpisahan dilakukan secara damai.
(*Drw)













