Faktor Eksternal Jadi Pemberat: Rupiah Melemah ke 16.600 Terhadap Dolar AS

Rupiah Melemah ke 16.600, Dipicu Isu Dagang AS-China
Nilai Tukar Rupiah/(ilustrasi/@pixabay)

Faktababel.id, NASIONAL – Nilai tukar Rupiah kembali menghadapi tekanan pada perdagangan awal pekan ini. Mata uang Garuda harus rela melemah terhadap Dolar AS, bahkan kembali menyentuh level kritis Rp16.600-an.

Berdasarkan data Refinitiv pada Senin (27/10/2025), Rupiah ditutup di posisi Rp16.610 per Dolar AS. Angka ini menunjukkan depresiasi sebesar 0,12% dari penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Para ekonom menilai bahwa Penyebab Pelemahan Rupiah kali ini didominasi oleh berbagai tekanan eksternal. Sentimen global yang masih tidak menentu membuat investor cenderung wait and see dan memilih untuk memegang mata uang safe haven, Dolar AS.

Isu Global dan Pergerakan Investor

Chief Economist BCA, David Sumual, menyebut ada dua isu eksternal utama yang sedang diamati pasar yang menekan nilai Rupiah.

Pertama adalah ketidakpastian terkait rencana penerapan tarif dagang Amerika Serikat (AS) terhadap China yang akan segera dilakukan.

“Masih terkait isu eksternal. Pasar wait and see kemungkinan penerapan tarif dagang AS dengan China,” ucap David. Isu geopolitik dan perdagangan ini selalu menjadi pemberat utama bagi mata uang negara berkembang seperti Indonesia.

Selain itu, faktor perubahan bobot Morgan Stanley Capital International (MSCI) terhadap perhitungan konstituen di Bursa Efek Indonesia (BEI) juga turut memberikan tekanan. Meskipun adanya tekanan ini, David memprediksi pergerakan Rupiah ke depan akan cenderung stabil. Ia memperkirakan Rupiah akan bergerak di kisaran Rp16.600 hingga Rp16.800 per Dolar AS.

Permintaan Dolar Musiman dan Aksi Ambil Untung

Ekonom Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto, memiliki pandangan tambahan mengenai Penyebab Pelemahan Rupiah ini. Ia menilai pelemahan yang terjadi sebagian juga wajar karena adanya peningkatan permintaan dolar yang bersifat musiman.

“Saya lihat ini ada permintaan dolar yang memang secara musiman atau secara rutin itu meningkat pada akhir bulan,” kata Myrdal.

Permintaan dolar musiman ini biasanya diperlukan oleh korporasi untuk berbagai kebutuhan. Kebutuhan tersebut seperti pembayaran bunga utang luar negeri (ULN) maupun aktivitas impor yang meningkat menjelang akhir bulan.

Di sisi lain, Myrdal juga menyoroti pergerakan dana asing. Terjadi adanya aksi ambil untung (profit taking) di pasar Surat Berharga Negara (SBN) oleh investor.

“Terutama profit taking di government bond market. Investor asing kelihatannya banyak yang keluar, sambil mereka menunggu nanti yield kita naik lagi,” pungkasnya.

Keluarnya dana asing dari pasar SBN ini secara langsung menambah tekanan jual terhadap Rupiah. Dengan kombinasi faktor eksternal dan permintaan musiman, Rupiah Melemah ke 16.600 per Dolar AS, menyoroti pentingnya kehati-hatian dalam kebijakan moneter dan fiskal ke depan.

(*Drw)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *